Sabtu, 01 Maret 2014

SEMOGA TUHAN MEMBERKATI KALIAN -BERKURANGNYA JATAH USIA

SEMOGA TUHAN MEMBERKATI KALIAN
BERKURANGNYA JATAH USIA



"Selamat milad, Ustaz," Pak Haposan, tadi pagi, memberikan ucapan selamat kepada saya. Mendengar itu, Pak Ari yang berada tidak jauh dari situ, ikut menyalami. Keduanya mendoakan kebaikan.

Sore hari, Bila, anak kami paling besar, dari tempat indekos-nya mengirim pesan lewat e-mail, "Bapak selamat Ultah, ya! Nih, Bila kirim hadiah ulang tahun, lagu kesenangan Bapak." Ia memberi judul e-mail dengan “Kado Kecil dari Bibil”.

Don't lose your way
With each passing day
You've come so far
Don't throw it away
Live believing
Dreams are for weaving
Wonders are waiting to start
Live your story
Faith, hope & glory
Hold to the truth in your heart.

Anak itu mendendangkan If  We Hold On Together-nya Diana Ross, merekamnya dengan telepon seluler, dan mengirimkan itu lagu via e-mail kepada ayahnya. Ia juga mungkin sekaligus mewakili ketiga adik-adik yang tidak bisa menghubungi orangtuanya, sebab mereka berada di pesantren dan yang sedang camping. Saya baru membuka dan mendengarkan lagu itu di dalam kereta, dalam perjalanan ke Bogor.

Cacan Somantri, ustaz yang motivator, sahabat sejak di Salman, mendoakan saya. Teman-teman SMP dan SMA memenuhi pesan-pesan BBM mengucapkan selamat dan menyampaikan doa-doa.

Sahabat saya, mbak Morita, mengirim pos elektronika, “Pak Jonih yang baik , selamat ulang tahun. Semoga panjang umur dan selalu sehat. Dilimpahi rezeki, keberkahan, dan selalu dilindungi Allah Swt. Amin.”

Ruby, wanita berpenampilan senantiasa ceria, dengan senyum manisnya, di depan lobi juga memberikan selamat dan doa. Pak Agus, yang rajin merespons sharing-sharing saya, adalah orang pertama yang berkirim email menyampaikan selamat. Dan, yang paling heboh adalah ucapan selamat dan doa dari keluarga besar Poverep Pertamina. Saya terharu, para senior seperti Pak Sri Widadi, Pak Zanial, Pak Mamak Assegaf, Pak Tamsil, Gus Luth, Pak Sukusen, Pak Supri, Pak Frazie Tanjung, Cak Henk, Pak Ung, Pak Mukmen, Uda Nazirman, Pak Rus, Pak Chairul, Mas Setyoko, Pak Hamsyal, dan Bapak-bapak/Ibu-ibu lainnya....menyempatkan diri, menulis pesan selamat dan mendokan saya.
Tadi sore, saya pulang agak terlambat. Setiba di Ciomas, rumah tampak gelap. Pintu diketuk, tak ada yang menyahut. Saya kirim SMS ke Bu Nila -barangkali istri saya menitipkan kunci. "Ada di masjid," jawab Bu Nila.

"Anak-anak sudah menunggu dari tadi," Sri, istri saya berseru.

Di tempat bersujud  yang indah dan anggun, pemberian dari sebuah keluarga baik hati, sambil terkantuk-kantuk, anak-anak berkumpul. 

"Bapak sudah datang. Mari kita mulai," Susan membuka acara.

"Selamat ulang tahun Bapak. Semoga dalam sisa umur yang ada, Bapak tetap sehat dan banyak rezeki."

Saya menyampaikan berpatah kata, Jaja menyusul dengan doa. Reni tampil ke muka, membawakan puisi yang ditulis Siti. Dengarlah puisi yang menyentuh hati!


Kami bersyukur karena engkau adalah hadiah Tuhan untuk kami
Penuh dengan segala rasa cinta
Engkau hadir dengan senyuman tulus laksana malaikat cinta
Menebarkan kebaikan, mendermakan kasih sayang
Setulus embun di pagi hari yang mencintai daun walau ia tanpa warna

Engkau berikan kami sejuta warna, seribu kisah, dan milyaran ilmu tentang cinta, kesederhanaan, kesabaran, keikhlasan, dan hal lainnya yang tak pernah kami temukan sebelumnya

Terimakasih Tuhan…
Telah Kau hadirkan beliau untuk kami
Meski kami tak sempurna
Meski kami selalu khilaf dan lupa
Juga sering menorehkan kekecewaan
Tapi kami selalu berharap agar kebahagiaan senantiasa bersamanya
Dan senyuman selalu menghiasi hari-harinya

Walau kami tahu
Begitu berat hari-harinya
Tapi kami selalu berdoa semoga beliau mendapatkan keberkahan
dan rahmat Tuhan yg tiada tara
Kasih sayang yang mengalir
Dan kemewahan yang melangit luas di tengah kesederhanaannya

Terima kasih Bapak
Tiada kata yang dapat mewakilkan
betapa bahagia nya kami
Telah dipertemukan dengan manusia semulia engkau, terimakasih....

Reni bawakan puisi dengan  penuh  ekspresi. Pembacaannya diiringi tetes-tetes air mata. Reni menangis, dan terus menangis. Saya berusaha menahan air mata. Beberapa anak putri tenggelam dalam tangisan, istri saya terisak-isak.  

Saya jadi teringat sebuah hadis Nabi. Waktu itu Rasulullah sedang berada di tengah-tengah para shahabat dari kaum fukara dan masakin. Rasul berdoa:

"Ya Allah, hidupkan aku sebagai orang miskin, matikan aku sebagai orang miskin, dan bangkitkan aku pada hari kiamat bersama orang-orang miskin."

Seorang shahabat lainnya, anak orang kaya berkata, “Aku sedih lantaran aku tidak termasuk mereka.”

Orang kaya itu merasa sedih karena tidak termasuk kelompok orang-orang miskin yang begitu dimuliakan Rasulullah saw. Dan, malam ini, aku sedih lantaran …pada saat berkurangnya jatah usia,  pada hari ketika banyak orang berpesta; aku tidak mampu menjamu mereka, aku tidak bisa membahagiakan anak-anak yatim, orang-orang miskin.

Ade, Nur, dan Tika mengedarkan piring berisi goreng singkong dan talas. “Hanya ini yang bisa ibu beli,” Sri berkata pelan. “Tapi, setelah yang punya kebun tahu bahwa ini untuk syukuran ulang tahun Bapak, ia tidak mau dibayar, “ Sri menambahkan.

Setelah saya merayakan hari kelahiran dengan tidak makan seharian, dan tiba di rumah lebih dari sepertiga awal malam, talas dan singkong dibarengi teh panas, menjadi terasa nikmat.


Dengan rasa syukur atas karunia nikmat yang Tuhan berikan, aku tulis ini cerita dengan derai air mata.

Terima kasih untukmu: istriku dan seluruh anak-anak. Semoga Tuhan memberkati kalian.


Ciomas, 18 Februari, lewat tengah malam; Duren Kalibata, 19 Februari 2014, pagi hari

Salam,
Jr












Tidak ada komentar:

Posting Komentar